Inilah Daftar Negara di Dunia dengan Jumlah Ateis Terbanyak, Potret Perubahan Pandangan Spiritual Global

 

Negara dengan jumlah ateis terbanyak di dunia (pexels/pixabay)

Di tengah keragaman keyakinan dan praktik keagamaan di dunia, ateisme muncul sebagai salah satu fenomena sosial dan filosofi hidup yang terus mengalami pertumbuhan. Ateisme secara sederhana dapat didefinisikan sebagai ketiadaan kepercayaan terhadap Tuhan atau kekuatan adikodrati. Bagi sebagian orang, ateisme bukan hanya tentang penolakan terhadap agama, tetapi juga sebuah pendekatan rasional dan ilmiah terhadap eksistensi, moralitas, dan makna hidup.

Dalam beberapa dekade terakhir, jumlah ateis dan agnostik di dunia mengalami peningkatan yang signifikan, terutama di negara-negara maju. Faktor-faktor seperti kemajuan sains dan teknologi, pendidikan yang lebih tinggi, sekularisasi negara, serta pergeseran nilai-nilai sosial telah membuat ateisme menjadi pilihan hidup yang semakin umum. Berdasarkan berbagai survei global seperti Pew Research Center, Gallup International, dan WIN-GIA, berikut adalah daftar negara dengan jumlah ateis terbanyak di dunia.

1. China – ± 390 Juta Ateis

China secara konsisten menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah ateis terbanyak di dunia. Diperkirakan sekitar 40–45% dari total populasi atau sekitar 390 juta orang di China mengidentifikasi diri sebagai ateis atau tidak beragama.

Hal ini tidak lepas dari sejarah panjang negara tersebut. Pemerintah Tiongkok secara resmi menganut ideologi ateisme negara sebagai bagian dari prinsip komunisme. Selain itu, kebijakan pendidikan dan politik yang menekankan sains, rasionalitas, dan materialisme telah membentuk pola pikir masyarakat yang sekuler.

Meskipun agama seperti Buddha, Taoisme, dan Islam tetap dianut oleh sebagian penduduk, banyak orang Tiongkok tidak mempraktikkan kepercayaan secara aktif. Sebaliknya, mereka mengandalkan nilai-nilai filosofis Konfusianisme atau prinsip humanisme modern sebagai pedoman hidup.

2. Jepang – ± 85 Juta Ateis / Non-religius

Jepang adalah negara lain dengan tingkat ateisme yang sangat tinggi. Survei menunjukkan bahwa sekitar 60–70% penduduk Jepang atau sekitar 85 juta orang, menganggap diri mereka sebagai ateis, agnostik, atau non-religius.

Menariknya, meskipun masyarakat Jepang tetap merayakan festival-festival Shinto atau Buddha, banyak dari mereka tidak memandang praktik tersebut sebagai bentuk keagamaan. Sebaliknya, ritual tersebut lebih dilihat sebagai bagian dari budaya dan tradisi.

Pandangan ini sejalan dengan filosofi masyarakat Jepang yang sangat menghargai harmoni sosial, etika, dan spiritualitas non-teistik, tanpa memerlukan kepercayaan kepada Tuhan. Faktor lain seperti modernisasi tinggi, kemajuan teknologi, dan sistem pendidikan yang sekuler turut memperkuat tren ini.

3. Republik Ceko – ± 7 Juta Ateis

Republik Ceko sering disebut sebagai negara paling sekuler di Eropa. Sekitar 70–75% dari total populasi atau sekitar 7 juta orang mengaku tidak memiliki agama atau percaya kepada Tuhan.

Fenomena ini merupakan hasil dari sejarah panjang, termasuk pengaruh rezim komunis pada abad ke-20 yang mendorong sekularisasi besar-besaran. Bahkan setelah runtuhnya komunisme, generasi muda Ceko tetap mempertahankan pandangan sekuler dan rasional terhadap kehidupan.

Di negara ini, diskusi tentang agama sering kali dianggap sebagai urusan pribadi, dan masyarakat lebih menekankan nilai-nilai kemanusiaan, sains, serta kebebasan berpikir daripada dogma keagamaan.

4. Swedia – ± 6 Juta Ateis / Non-religius

Swedia dikenal sebagai salah satu negara paling progresif dan sekuler di dunia. Survei menunjukkan bahwa sekitar 60–70% warga Swedia tidak percaya kepada Tuhan atau tidak berafiliasi dengan agama tertentu, yang berarti sekitar 6 juta orang dari total populasi.

Meskipun secara historis negara ini berakar pada Kekristenan Lutheran, peran agama dalam kehidupan publik telah menurun drastis sejak abad ke-20. Pendidikan yang sangat menekankan sains dan berpikir kritis, ditambah dengan sistem kesejahteraan sosial yang kuat, membuat masyarakat Swedia lebih mengandalkan pengetahuan ilmiah dan nilai-nilai kemanusiaan.

Di Swedia, ateisme bukanlah hal tabu; justru menjadi pandangan umum yang diterima secara sosial tanpa stigma negatif.

5. Jerman – ± 34 Juta Ateis / Non-religius

Dengan populasi besar, Jerman menjadi salah satu negara Eropa dengan jumlah ateis terbanyak secara absolut. Diperkirakan sekitar 40% penduduk atau sekitar 34 juta orang mengidentifikasi diri sebagai tidak beragama.

Perbedaan antara wilayah timur dan barat Jerman juga signifikan. Di bekas Jerman Timur yang dulunya berada di bawah pemerintahan komunis, tingkat ateisme bisa mencapai 70–80%, sementara di bagian barat lebih rendah.

Selain faktor sejarah, kemajuan ekonomi dan sains juga mendorong masyarakat Jerman untuk mengadopsi pandangan sekuler. Di kota-kota besar seperti Berlin dan Hamburg, ateisme sudah menjadi bagian umum dari kehidupan sosial.

6. Prancis – ± 30 Juta Ateis / Non-religius

Prancis dikenal dengan prinsip laïcité atau sekularisme yang kuat dalam konstitusinya. Sekitar 45–50% populasi atau sekitar 30 juta orang di negara ini mengaku ateis, agnostik, atau tidak beragama.

Sejarah panjang pemisahan antara gereja dan negara sejak Revolusi Prancis telah membentuk masyarakat yang sangat menghargai kebebasan berpikir dan kebebasan berkeyakinan. Di Prancis, kepercayaan adalah urusan pribadi, dan agama jarang memainkan peran besar dalam kehidupan publik atau politik.

Meski demikian, nilai-nilai etika dan kemanusiaan tetap menjadi pilar penting dalam kehidupan masyarakat Prancis modern.

7. Inggris – ± 28 Juta Ateis / Non-religius

Negara yang dahulu dikenal sebagai pusat Kekristenan Protestan ini kini mengalami perubahan besar dalam pandangan spiritual. Sekitar 40–45% warga Inggris atau sekitar 28 juta orang, mengaku tidak menganut agama apa pun.

Generasi muda Inggris secara khusus menunjukkan tingkat kepercayaan yang jauh lebih rendah dibandingkan generasi sebelumnya. Survei oleh British Social Attitudes menemukan bahwa lebih dari 70% anak muda berusia 18–24 tahun tidak beragama.

Sekularisasi ini tercermin dalam kehidupan sosial dan budaya Inggris, di mana isu-isu seperti hak asasi manusia, kesetaraan gender, dan sains sering kali menjadi fondasi moral utama dibandingkan ajaran agama.

8. Korea Selatan – ± 27 Juta Ateis / Non-religius

Di Asia Timur, Korea Selatan juga mencatat jumlah ateis yang tinggi. Sekitar 50–55% penduduknya atau sekitar 27 juta orang mengaku tidak memiliki kepercayaan terhadap Tuhan atau agama.

Fenomena ini berkaitan erat dengan sejarah modern Korea Selatan, di mana industrialisasi cepat dan pendidikan berbasis sains mendorong pola pikir rasional dan sekuler. Walaupun agama seperti Kristen dan Buddha masih memiliki banyak penganut, peran agama dalam kehidupan masyarakat telah berkurang secara signifikan.

9. Belanda – ± 9 Juta Ateis / Non-religius

Belanda dikenal sebagai salah satu negara paling liberal dan toleran di dunia. Sekitar 50–55% dari penduduknya atau 9 juta orang tidak menganut agama apa pun.

Pergeseran menuju ateisme dimulai pada pertengahan abad ke-20, seiring menurunnya pengaruh gereja dan meningkatnya nilai-nilai humanistik. Di Belanda, isu-isu seperti eutanasia, pernikahan sesama jenis, dan kebebasan berekspresi lebih banyak diperdebatkan berdasarkan etika sekuler daripada doktrin keagamaan.

10. Australia – ± 12 Juta Ateis / Non-religius

Australia menunjukkan tren serupa dengan negara-negara Barat lainnya. Menurut sensus terakhir, sekitar 48–50% warga Australia atau sekitar 12 juta orang menyatakan tidak beragama.

Pertumbuhan populasi ateis di Australia terjadi cepat dalam 30 tahun terakhir. Generasi muda yang terpapar pada globalisasi, ilmu pengetahuan, dan nilai-nilai individualisme cenderung mengidentifikasi diri sebagai agnostik atau ateis.

Pergeseran Spiritual di Abad Modern

Fenomena meningkatnya jumlah ateis di berbagai negara menunjukkan adanya pergeseran paradigma spiritual di era modern. Jika pada masa lalu agama menjadi fondasi utama dalam membentuk identitas dan nilai moral masyarakat, kini banyak orang mencari makna hidup melalui sains, rasionalitas, dan filosofi humanistik.

Sekularisasi, kemajuan teknologi, dan akses informasi global telah memberi manusia ruang untuk mempertanyakan keyakinan lama dan membangun pandangan hidup baru yang tidak selalu berbasis pada kepercayaan religius. Namun, penting dicatat bahwa ateisme bukanlah ancaman bagi keberagaman spiritual. Justru, keberadaannya memperkaya spektrum pemikiran manusia tentang eksistensi, moralitas, dan tujuan hidup.

Di masa depan, seiring perubahan sosial dan kemajuan ilmu pengetahuan, jumlah ateis kemungkinan akan terus bertambah. Hal ini menjadi bukti bahwa pencarian makna hidup adalah perjalanan yang sangat pribadi dan tidak selalu harus melewati jalan agama.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Inilah Daftar Negara di Dunia dengan Jumlah Ateis Terbanyak, Potret Perubahan Pandangan Spiritual Global"

Post a Comment